Sepuluh Suku yang Hilang-2
Kerajaan Israel Utara
Setelah perang saudara di waktu pemerintahan Rehabeam, anak dari Raja Salomo, 10 Suku melepaskan diri dari Kerajaan utama dan membuat Kerajaan sendiri yaitu Kerajaan Israel Utara.
10 Suku ini terdiri dari 9 Suku (yang memiliki hak tanah) yaitu Suku
Zebulon, Isakhar, Asyer, Naftali, Dan, Manasye, Efraim, Ruben dan Gad,
dan beberapa anggota dari Suku Lewi yang tidak memiliki hak tanah. Suku Simeon tidak disebut sama sekali dalam Alkitab dan banyak yang percaya bahwa Suku ini telah tercerai berai sejak kembali dari Mesir.
Kerajaan Israel Selatan atau Yehuda/Yudea, beribukota di Yerusalem dan dipimpin oleh Raja Rehabeam.
Kerajaan ini memiliki penduduk dari Suku Yehuda dan Benyamin (dan juga
oleh beberapa anggota Lewi dan Simeon yang masih tersisa).
Penaklukan Bangsa Asing
Pada tahun 721 SM [Samaria] sebagai ibuKota Kerajaan Israel Utara diserbu oleh pasukan Asyur (Asiria) yang dipimpin oleh Shalmaneser V dan dilanjutkan oleh Sargon II.
Dan satu tahun kemudian Samaria takluk dan dihancurkan. Penduduk
Kerajaan Israel Utara yang merupakan 10 Suku Israel diasingkan dan
dibuang ke Khorason, yang sekarang merupakan bagian dari Iran Timur dan Afganistan Barat. Suku-suku ini dipercaya oleh Bangsa Yahudi saat ini telah hilang dari sejarah.
Perang pun terus berlanjut di Timur Tengah. Bangsa-bangsa kuat saling beradu satu sama lain memperebutkan kawasan Timur Tengah. Pada tahun 603 SM, kekuasaan Bangsa Asyur (Asiria) digantikan oleh Bangsa Babel (Babilonia). Di masa kekuasaan Babel, Kerajaan Israel Selatan Yehuda jatuh, dan Yerusalem dihancurkan (587 SM), dan berlangsunglah masa pembuangan di Babel. 50 tahun kemudian, 538 SM, Kekaisaran Persia merebut kekuasaan Babel. Sebagian Suku Yehuda dan Benyamin diperkenankan untuk kembali ke Yudea. Namun sepuluh Suku Israel lainnya, penduduk Kerajaan Israel Utara, tidak pernah disebutkan kembali sebagaimana dua Suku itu, sehingga mereka dijuluki sebagai Sepuluh Suku Utara Israel yang 'Hilang'.
Tulisan Flavius Yosefus tentang Sepuluh Suku Utara Israel yang 'Hilang'
Dalam Alkitab Perjanjian Lama 2 Raja-raja 18:11 tertulis“ | Raja Asyur mengangkut orang Israel ke dalam pembuangan ke Asyur dan menempatkan mereka di Halah, pada sungai Habor, yakni sungai Negeri Gozan, dan di Kota-Kota orang Madai. | ” |
Tempat-tempat ini sekarang terletak pada bagian utara Irak dan sebelah barat laut Iran yang disebut Kurdistan. Kesepuluh Suku Israel tersebut mulanya diangkut ke sana.
Menurut sejarawan kuno Flavius Yosefus yang hidup pada abad pertama, ia menulis tentang keberadaan kesepuluh Suku tersebut: " kesepuluh Suku yang berada di Efrat hingga sekarang, dan yang berjumlah sangat besar, yang jumlahnya tidak dapat diperkirakan." (Antiquities 11:2)
Yosefus menulis bahwa pada abad pertama Masehi kesepuluh Suku Israel hidup dalam jumlah yang sangat besar di seberang Sungai Efrat. Hal ini mungkin berarti bahwa beberapa dari mereka tersebar ke sebelah timur sungai Efrat.
Pathans (Pasthun) di Afghanistan & Pakistan
Pathans atau Pasthun menganggap diri mereka sebagai anak-anak Israel,
meskipun mereka beragama Islam. Bangsa Pasthun memiliki kemiripan
dengan kebiasaan Israel kuno. Bangsa Pasthun kini tinggal di perbatasan
Afghanistan-Pakistan. Mereka disebut Afghans atau Pishtus menurut
bahasanya. Di Afghanistan, jumlah mereka sekitar enam juta jiwa, dan di
Pakistan sekitar tujuh hingga delapan juta jiwa dan dua juta jiwa lagi
hidup seperti Suku Badui. Bukti-bukti yang menarik adalah beberapa nama
Suku-suku yang sama dengan Suku-suku Israel seperti Suku Harabni yakni Ruben, Suku Shinwari adalah Simeon, Suku Levani - Lewi, Suku Daftani - Naftali, Suku Jaji - Gad, Suku Ashuri - Asyer, Suku Yusuf Su, anak-anak Yusuf, Suku Afridi - Efraim, dan seterusnya. Pathans atau Pasthun mengaku mempunyai hubungan dengan Kerajaan Israel kuno dari Suku Benyamin dan keluarga Saul. Menurut tradisi, Saul mempunyai seorang anak, bernama Yeremia yang memiliki anak bernama Afghana.
Menurut Alkitab 2 Raja-raja, 1 Tawarikh dan 2 Tawarikh, sepuluh Suku Israel dibuang ke Halah, Havor, sungai Gozan dan Kota-Kota Maday. Beberapa kemiripan Tradisi Pasthun dengan Israel kuno: memiliki sunat untuk anak laki-laki pada hari kedelapan, Patrilineal (Garis Bapak), menggunakan Talith (Jubah Doa) Tsitsit, pernikahan (Hupah), kebiasaan wanita (pembasuhan di sungai), pernikahan dari pihak keluarga ibu atau bapak (Yibum), Sangat menghormati bapak, larangan memakan daging kuda dan unta, Shabbat dengan menyiapkan 12 roti Hallah, menghidupkan lilin pada saat Shabbat, hari Yom Kippur, menyembuhkan penyakit dengan bantuan kitab Mazmur (menempatkan kitab Mazmur dibawah kepada pasien, nama-nama Ibrani di desa-desa dan menyebut nama Musa, dan menggunakan simbol bintang Daud. Mereka hidup sebagai Suku-suku yang terpencar dan memiliki hukum tradisi yakni Pashtunwali atau hukum Pasthun yang mirip dengan hukum Taurat. Pasthun bertradisi pernikahan ipar, yang mengharuskan saudara laki-laki menikahi janda saudaranya yang meninggal tanpa keturunan, sama seperti Israel kuno (Ulangan 25:5-6). Pasthun juga bertradisi mengorbankan kambing-domba penebusan, sama seperti masa Israel kuno yang membebankan dosa seluruh Bangsa pada domba yang diusir ke gurun dan disembelih (Imamat 16).
Kashmir di India bagian utara
Di India bagian utara yakni Kashmir terdapat sekitar 5-7 juta jiwa.
Terdapat nama Ibrani di lembah dan di desa-desa di Kashmir seperti Har
Nevo, Beit Peor, Pisga, Heshubon. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa
Bangsa Kashmir keturunan Sepuluh Suku Utara Israel yang 'Hilang' pada
pembuangan tahun 722 SM.
Penampilan fisik mereka berbeda dengan umumnya orang India. Tradisi
mereka memang mengindikasikan perbedaan asal-usul. Orang Kashmir
memiliki hari raya Paskah
pada musim semi, saat dilakukan penyesuaian perbedaan penanggalan
candra dan surya, dengan cara seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi.
Mereka memang menyebut diri sebagai Bene Israel, Anak-anak Israel.
Orang Kashmiri menghormati Sabbath (beristirahat dari semua jenis kerja); menyunat bayi pada usia delapan bulan (di Alkitab, Kejadian 17:12: 8 hari); tidak makan ikan yang tak bersisik dan bersirip (Imamat 11), dan merayakan beberapa Hari Raya Yahudi lainnya, tetapi tidak yang berasal dari setelah kehancuran Bait Allah pertama (seperti Hannukah).
Shin-lung (Bnei Manasye) di sekitar perbatasan India-Myanmar
Di kawasan pegunungan di kedua sisi perbatasan India-Myanmar,
bermukim sekitar 2 juta orang Shin-lung. Mereka memiliki tradisi
penyembelihan binatang korban seperti Suku-suku Israel kuno pada
umumnya, dan menyebut diri anak Manasye atau Bnei Manasye. Kata Manasye
banyak bermunculan dalam puisi dan doa (mereka menyeru “Oh God of
Manasseh”). Mereka memiliki tradisi cerita yang mengatakan bahwa mereka
dibuang ke suatu tempat yang berada di sebelah barat tempat asal mereka,
lalu bermigrasi ke timur dan mulai menjadi penggembala dan penyembah
dewa. Migrasi mereka berlanjut ke timur, mencapai perbatasan
Tibet-China, lalu mengikuti aliran Sungai Wei, hingga masuk dan bermukim
di China Tengah sekitar tahun 230 SM. Orang China menjadikan mereka
sebagai budak, sehingga beberapa di antara mereka melarikan diri dan
tinggal di gua-gua kawasan pegunungan Shin-lung, dan hidup miskin selama
dua generasi. Mereka juga disebut orang gua atau orang gunung dan tetap
menyimpan kitab suci mereka. Akhirnya mereka mulai berasimilasi dengan
orang China dan terpengaruh budaya China, hingga akhirnya mereka
meninggalkan gua-gua pegunungan dan pergi ke barat, melalui Thailand,
menuju Myanmar. Setelah itu mereka berkelana tanpa kitab suci, dan
membangun tradisi lisan, hingga sampai di Sungai Mandaley, dan menuju
Pegunungan Chin. Pada abad-18 sebagian dari mereka bermigrasi ke Manipur
dan Mizoram, India Timur Laut.
Mereka sadar bahwa mereka bukan orang China meskipun menggunakan
bahasa China dialek lokal, dan menyebut diri Lusi yang berarti Sepuluh
Suku (”Lu” berarti Suku, dan “si” berarti sepuluh). Tradisi Manasye
antara lain adalah sunat (kini sudah ditinggalkan), upacara pemberkatan
anak pada usia 8 hari, hari raya keagamaan yang mirip dengan hari raya
keagamaan Yahudi, praktik pernikahan ipar demi kelangsungan nama marga,
menyebut nama Tuhan sebagai “Yahwe”,
dan memelihara puisi yang mirip dengan kisah penyeberangan Kitab
Keluaran ketika Bangsa Israel menyeberang Laut Merah. Di setiap kampung
ada Pendeta atau Imam yang selalu bernama Harun (Aaron, saudara Musa dan Imam Pertama Yahudi)
dengan pewarisan turun-temurun. Salah satu tugas mereka adalah
mengawasi kampung, berdoa dan mempersembahkan korban, dengan jubah
ber-‘breastplate’, ikat pinggang dan mahkota, dan selalu membuka doa
dengan menyebut nama Manasye. Dalam kasus terdapat orang jatuh sakit,
para Imam dipanggil untuk memberkati pesakit dan mempersembahkan korban.
Imam akan menyembelih domba atau kambing dan mengoleskan darahnya di
telinga, punggung dan kaki pesakit sambil mengucapkan mantra yang mirip
dengan Imamat 14:14.
Pada kasus penyakit khusus, diselenggarakan upacara khusus. Semacam
upacara penebusan yang dilakukan dengan memotong sayap burung dan
menebar bulunya ke udara. Pada kasus penyakit lepra, para Imam
menyembelih burung di lapangan terbuka. Untuk penebusan dosa, dilakukan
pengorbanan domba di altar seperti dilakukan di Bait Allah
(seperti disaksikan seorang penulis di hutan Myanmar sekitar tahun
1963-1964). Darah sembelihan ditorehkan di ujung altar, dagingnya
dimakan. Yom Kippur
dirayakan sebagai hari penebusan, sekali setahun seperti tradisi
Yahudi. Kendaraan Imam tidak boleh dibuat dari logam, namun dari tanah
liat, kain, atau kayu. Melakukan praktik pemujaan berhala dan
mempercayai klenik sehubungan dengan roh dan setan. Percaya reinkarnasi
tapi percaya Tuhan di sorga akan membantu dalam kesusahan.
Qiang (Ch’iang-min) di China bagian barat
Orang-orang Qiang atau Ch’iang-min (sekitar 250 ribu orang, 1920)
bermukim di Propinsi Sechuan, China bagian barat, di daerah pegunungan
sebelah barat Sungai Min, dekat perbatasan Tibet [Thomas Torrance “The
History, Customs and Religion of the Ch’iang People of West China”
(1920) dan “China’s First Missionaries: Ancient Israelites” (1937)].
Mereka menganggap diri sebagai imigran dari barat yang datang ke tempat
tersebut setelah berjalan selama tiga tahun tiga bulan. Orang China
menganggap mereka sebagai barbar, dan mereka menilai orang China sebagai
penyembah berhala (Ch’iang-min percaya hanya pada satu Tuhan dan
menyebutnya ‘Yawei’ ketika berada dalam kesulitan). Ch’iang-min
mempraktikkan persembahan korban yang dilakukan Imam, jabatan yang hanya
bisa dijabat oleh pria yang sudah menikah (Imamat 21:7,13)
dan diwariskan turun-temurun. Para Imam mengenakan jubah putih bersih
dan bersurban khusus. Mezbah dibuat dari batu yang tidak dipotong dengan
alat logam (Keluaran 20:25), dan tidak boleh didekati oleh orang asing dan “cacat” (Imamat 21:17-23).
Para Imam Ch’iang-min menggunakan tali pengikat jubah, dan sebatang
tongkat berbentuk seperti ular (kisah Musa di gurun). Setelah berdoa,
para Imam membakar bagian dalam dan daging korban sembelihan, dan
mengambil bagian pundak, dada, kaki dan kulit, sementara dagingnya
dibagikan kepada pemberi persembahan. Saat persembahan, mereka
mengibarkan 12 bendera di sekitar altar untuk menjaga tradisi bahwa
mereka berasal dari satu bapak yang memiliki 12 anak. (Mereka bertradisi
sebagai keturunan Abraham dan berleluhur seorang bapak dengan 12 anak).
Di antara orang Ch’iang-min, terdapat tradisi mengoleskan darah pada
ambang pintu demi keselamatan dan keamanan rumah, pernikahan ipar,
tudung kepala bagi wanita, memberi nama anak pada usia 7 hari hingga
menjelang malam ke-40.
Kelompok Suku/Bangsa lainnya yang 'terindikasi' keturunan dari 10 Suku Utara Israel yang 'Hilang'
- Samaria di Israel & Palestina
- Badui-Bedul di Israel, Palestina & Yordania
- Kurdi di Suriah, Irak, Iran & Turki
- Parthia di Iran
- Bukharia di Negara-Negara Asia Tengah & Kazakstan
- Pathan-Afridi di India & Pakistan
- Bene Efraim di India
- Nasranis Kerala (Malabar) di India bagian selatan
- Tibet
- China-Taiwan di Taiwan
- Korea di Korea Utara & Korea Selatan
- Jepang
- Suku-suku di Filipina
- Nias di Sumatra bagian utara, Indonesia
- Batak-Toba di Sumatra bagian utara, Indonesia
- Mentawai di Sumatra bagian barat, Indonesia
- Minangkabau di Sumatra bagian barat, Indonesia
- Enggano di Sumatra bagian selatan, Indonesia
- Dayak Laut atau Iban di Kalimantan (Indonesia, Malaysia & Brunei)
- Talaud di Sulawesi bagian utara, Indonesia
- Sangihe di Sulawesi bagian utara, Indonesia
- Minahasa di Sulawesi bagian utara, Indonesia
- Mongondow di Sulawesi bagian utara, Indonesia
- Gorontalo di Sulawesi bagian utara, Indonesia
- Mandar di Kalimantan bagian selatan & Sulawesi bagian selatan, Indonesia
- Toraja di Sulawesi bagian selatan, Indonesia
- Sumba dan Suku-suku lainnya di Flobamora, Indonesia & Timor Leste
- Alef'uru dan Suku-suku lainnya di Maluku, Indonesia
- Beberapa Suku Melanesia di Papua, Indonesia & Papua Nugini
- Eskimo di Kanada & Alaska, Amerika Serikat
- Indian-Amerika di Kanada & Amerika Serikat
- Polynesia-Hawaii di Hawaii, Amerika Serikat
- Beberapa Suku di Kamerun
- Bilad el-Sudan di Mali & Ghana
- Annang di Nigeria
- Efik di Nigeria
- Ibibio di Nigeria
- Ibo (Igbo) di Nigeria
- Sefwi (Rumah Israel) di Ghana
- Bani Israel di Senegal
- Anglo-Saxon (Anglo-Israelism) yang membentuk Kerajaan Persemakmuran Inggris Raya & Amerika Serikat
- Irlandia
- Belanda
- Luksemburg
- Gaul di Prancis bagian utara
- Jerman (Franka)
- Denmark (Danes)
- Swedia (Sami)
- Finlandia (Finn)
- Viking di Norwegia & Eslandia
- Yunani
- Aborigin di Australia
- Polynesia-Maori di Selandia Baru
- Mikronesia-Kiribati di Kiribati
Kelompok Suku/Bangsa lainnya yang 'terindikasi' keturunan dari Beberapa 2 Suku Selatan Yehuda yang 'Hilang'
- Arab-Yahudi di Negara-Negara Liga Arab & Negara-Negara OKI
- Persia-Yahudi di Iran
- Beberapa Suku di Afghanistan
- Beberapa Suku di Kirgistan
- Yahudi-Bene Israel di India & Pakistan
- Yahudi-Kaifeng di China
- Minahasa-Yahudi di Sulawesi Utara, Indonesia
- Sumba-Yahudi di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
- Kuba-Yahudi di Kuba
- Jamaika-Yahudi di Jamaika
- Puerto Riko-Yahudi di Puerto Riko
- Barbados-Yahudi di Barbados
- Suriname-Yahudi di Suriname
- Indian-Inka-Yahudi (Bnei Moshe) di Peru
- Amazon-Yahudi di Negara-Negara Amerika Selatan
- Berber-Yahudi di Negara-Negara Afrika Utara
- Beberapa Suku di Sudan
- Serai di Eritrea
- Meroni di Eritrea
- Dembia di Ethiopia
- Falash Mura (Beit Avraham) di Ethiopia
- Falasha (Beta Israel) di Ethiopia & Kenya
- Beberapa Suku di Laikipia, Kenya
- Abayudaya di Uganda
- Bakwa Dishi di Zaire & Kongo
- Beberapa Suku di Sao Tome & Principe
- Timbuktu di Mali
- Beberapa Suku di Pantai Gading
- Beberapa Suku di Guinea
- Beberapa Suku di Tanjung Verde
- Rusape di Zimbabwe
- Lemba di Zimbabwe, Afrika Selatan & Malawi
- Latin-Yahudi (Bnei Anousim) di Spanyol, Portugal, Italia, Vatikan, San Marino, Andorra, Monako, Prancis, Rumania, Indonesia, Filipina, Timor Leste, Negara-Negara Amerika Latin, Amerika Serikat & Australia
- San Nicandro di Italia
- Donmeh di Turki
- Polandia-Yahudi di Polandia
- Vilna-Yahudi di Lithuania
- Subbotniks di Rusia
Sepuluh Suku Utara Israel yang 'Hilang' dalam pandangan Kristen
Siapa sebenarnya Sepuluh Suku Utara Israel yang 'Hilang'? Jawab
Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel.” (Matius 15:24).
Ini berarti dalam pengertian rohani orang-orang Kristen adalah Sepuluh
Suku Utara Israel yang 'Hilang' dari umat Israel pada semua Suku/Bangsa,
tidak hanya terbatas pada mereka yang mempunyai gen/darah Israel. (*)
1 komentar:
Sekilas Pashtunwali versi Hollywood ..
https://www.youtube.com/watch?v=nn_9tds-9tE
Posting Komentar